TUGAS PURBAKALA INDONESIA

Author: arkeologi unja /


Nama          : Larissa Suchie Clorinda
NIM  : I1C114017
MK   : Purbakala Indonesia (Cagar Budaya)


Benteng Van Der Wijck
 
 (sumber: www.wikipedia.org)
(sumber: www.google.com)

Sejak zaman kerajaan hingga kolonial, banyak sekali peninggalan-peninggalan sejarah seperti benteng, kantor, rumah, stasiun, dan sebagainya. Salah satu bukti peninggalan bersejarah yang berupa bangunan yaitu benteng Van Der Wijck yang ada di Gombong, Jawa Tengah.
Benteng ini merupakan bekas peninggalan kolonial Belanda. Usia benteng ini diperkirakan sekitar ratusan tahun yang lalu pada masa perang Pangeran Diponegoro(1825-1830). Perkiraan ini dikaitkan dengan adanya petilasan Kyai Giyombong dan Kyai Gajahguling di Gombong, Jawa Tengah.
Pada zaman Jepang, benteng Vander Wijck difungsikan sebagai tempat pelatihan anggota PETA(pembela tanah air). Pada masa ini Jepang menutupi tulisan-tulisan Belanda dengan menggunakan cat berwarna hitam. Belanda kembali menguasai Gombong melalui Agresi Militer pada Juli 1947. Belanda menciptakan garis demarkasi atau garis batas yang dikenal dengan nama Demarkasi Van Mook sebagai batas kekuasaan Belanda-Indonesia. Kompleks benteng Van Der Wijck ini digunakan sebagai markas pertahanan terdepan untuk menghadapi kekuatan republik Indonesia yang berada di timur sungai Kemit.
Setelah Belanda meninggalkan Indonesia, benteng ini di manfaatkanoleh TNI-AD berkerjasama dengan pihak swasta selaku investor, di gunakan atau dikembangkan sebagai daya tarik wisata pada tahun 2000 silam hingga sekarang. Benteng ini kini di lengkapi dengan berbagai ragam fasilitas, seperti: permainan anak, rel kereta api kecil yang terletang pada atas atap benteng yang digunakan untuk berkeliling benteng, gedung pertemuan, serta hotel wisata yang masih mempertahankan arsitektur asli bangunan.
Berikut adalah data teknis dari benteng Van Der Wijck:
  • Luas Benteng atas 3606,625m2
  • Benteng bawah 3606,625 m2
  • Tinggi Benteng 9,67 m, ditambang cerobong 3,33 m.
  • Terdapat 16 barak dengan ukuran masing-masing 7,5 x 11,32 m.
  • Ketinggian: +125 m dpl.

(sumber artikel: http//www.wikipedia.org, ....)

Tugas Purbakala Indonesia oleh Indri Fazlina

Author: arkeologi unja /

Jam Gadang

Nama : Indri Fazlina
NIM : I1C114023


Sumber Foto :  http://en.indonesian-stuff.barlians.com/wp-content/uploads/2012/12/100_1900.jpg

Jam Gadang adalah menara jam yang berada di  kota bukittingi, sumatra barat. Menara jam ini memiliki jam besar di keempat sisinya. Digunakan sebagai pusat kota bukittinggi dan objek wisata setelah diperluasnya taman disekitarnya. Acara-acara yang sifatnya umum biasanya diselenggarakan di sekitar taman dekat menara jam ini.
  
Sejarah

Jam Gadang selesai dibangun pada tahun 1926 merupakan hadiah dari Ratu Belanda kepada Rook Maker, sekretaris atau controleur Fort de Kock (sekarang Kota Bukittinggi) pada masa pemerintahan Hindia-Belanda. Arsitektur menara jam ini adalah Yazid Rajo Mangkuto, dan peletakan batu pertamanya dilakukan oleh putra pertama Rook Maker yang pada saat itu berusia 6 tahun.
Pembangunan Jam Gadang menghabiskan biaya sekitar 3.000 Gulden, biaya yang tergolong mahal pada waktu itu. Sehingga sejak dibangun dan sejak diresmikannya, menara jam ini menjadi pusat perhatian setiap orang. Hal itu pula yang mengakibatkan Jam Gadang dijadikan sebagai titik pusat Kota Bukittinggi


sumber foto :  https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDlM6FXnveW_MtWJ_Dx0q9agJf49F17_WO7KDT_of1EBZs8hhV34QmMoCtAuc-pLOjV-ypa4qlWe_UXJKabQrPwoBCY6WI6o7xUv_FVqkCjvh2xvihnJgxpfUyRoeJEPEw2-RlqO4UEYzy/s1600/jam-gadang-3-zaman.jpg

Sejak didirikan, menara jam ini telah mengalami tiga kali perubahan bentuk atapnya. Awal didirikan masa Hindia-belanda atap pada Jam Gadang berbentuk bulat dengan patung ayam jantan menghadap ke arah timur di atasnya. Kemudian pada masa penjajahan jepang diubah menjadi bentuk pagoda, Terakhir setelah Kemerdekaan Indonesia, atap pada Jam Gadang diubah menjadi bentuk gonjong atau atap pada rumah adat Minangkabau, sumatra barat dan pada tahun 2007 semat patah akibat gempa.

Renovasi terakhir yang dilakukan pada Jam Gadang adalah  tahun 2010 oleh Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) dengan dukungan pemerintah kota Bukittinggi dan Kedutaan Besar Belanda di jakarta. Renovasi tersebut diresmikan tanggal 22 Desember 2010 tepat pada ulang tahun kota Bukittinggi yang ke-262.

Struktur

Jam Gadang memiliki tinggi 26 meter, basement dasar seluas 13 x 4 meter. jam gadang yang berbentuk bulat memiliki diameter 80 cm yang didatangkan langsung dari Rotterdam, Belanda melalui pelabuhan teluk bayur  dan digerakkan secara mekanik oleh mesin yang hanya dibuat 2 unit di dunia, yaitu Jam Gadang itu sendiri dan kembarannya Big Ben di London, Inggris. Mesin jam dan permukaan jam terletak pada satu tingkat ke-2 dari atas. Pada bagian lonceng tertera pabrik pembuat jam yaitu Vortmann Relinghausen. Vortman adalah nama belakang pembuat jam, Benhard Vortmann, dan Recklinghausen adalah nama kota di Jepang yang merupakan tempat diproduksinya mesin jam pada tahun 1892.

Jam Gadang dibangun tidak menggunakan besi peyangga dan adukan semen. Tapi hanya Menggunakan kapur, putih telur, dan pasir putih.

Jam gadang memiliki keunikan yakni anka empat romawi pada jam itu bertuliskan IIII bukan IV yang sampai saat ini masih jadi misteri . Tangga untuk naik ke atas tempat mesin jam berada di lantai lima sanggat sempit disarankan untuk tidak berada dalam Jam Gadang saat bunyi lonceng tiba karena bunyinya cukup keras.

Pengunjung tidak selalu dapat masuk ke dalam Jam Gadang karena tidak terbuka untuk umum, jadi tidak ada tarifnya. dan untuk masuk lebih tergantung kondisi dan kebaikan hati dari petugas jaga.Untuk naik ke atas juga tidak dapat banyak orang mengingat kondisi jam ini pasca gempa dan  Jam Gadang yang dibangun hanya dari kapur, putih telur, dan pasir putih.

Purbakala Indonesia

Author: arkeologi unja /



PURBAKALA INDONESIA
(CAGAR BUDAYA)
NAMA : OKTA DWI SAPUTRI
NIM : I1C114020
“TUGU PERJUANGAN RAKYAT BEKASI”
19 monumen perjuangan rakyat
(Sumber foto : Jakarta.panduanwisata.com)

          Monumen ini dibangun pada tahun 1975 pada saat itu dipimpin oleh Bupati Abdul Fatah, tujuan dari pada pembangunan monumen ini yakni ingin melambangkan perjuanagn rakyat yang gigih dan patriotism serta memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi, dalam memperjuangkan daerah front perjuangan di Bekasi, sehingga sampai saat ini diberi nama ‘TUGU PERJUANGAN RAKYAT BEKASI”.
Monumen ini terletak dijalan Ahmad Yani Bekasi, tinggi dari pada monument ini 17 meter, dan secara fisik monument ini terpancang 5 buah tugu yang saling berhadapan satu sama lain, selain itu dibagian tengahnya terdapat kolam yang berbentuk 5 tiang pancang yang memaknai pancasila.Didepan monumen terdapat ukiran sebuah syair seorang sastrawan terbaik Indonesia yaitu Chairil Anwar. Dibelakang dari pada monumen ini terdapat relief perjuangan rakyat Bekasi mulai dari Jaman Tuan Tanah, Jaman Belanda, Jaman Jepang hinngga Jaman Kemerdekaan.
Disekitar kelima tugu tersebut terdapat kolam yang berbentuk persegi lima yang berisi air dengan pancaran air mancur sebanyak 17 buah maksud ataupun makna dari pada kolam dan air itu merupakan gambaran akan nikmatnya Allah yang sangat besar bagi daerah Bekasi.
Sumber (http:m.bekasikota.go.id/readotherskpd/128/294/monumen-sejarah-dancagar-budaya-bekasi)

TUGAS PURBAKALA INDONESIA

Author: arkeologi unja /

NAMA  :  THEA NATHANIA NIM     :  I1C114001 MK      :  PURBAKALA INDONESIA TANGGAL POSTING  :  27 SEPTEMBER 2014

 

   Sekilas Tentang Asal Usul Pasar Angso Duo

Pasar Angso Duo
Pasar Angso duo adalah pasar tradisional terbesar di provinsi Jambi. Di pasar ini terdapat aneka ragam barang dagangan mulai dari sayu-mayur, lauk-pauk, pakaian, perabot rumah tangga dan masih banyak lagi. Pasar tradisional ini telah menjadi sandaran hidup lebih dari 5.000 pedagang dan punya sejarah Panjang  sebagai pasar yang berpindah pindah dari satu tempat ke tempat lain (Nomaden).
Belakang Mall WTC Batanghari
Dahulu kala pada awal abad ke-18, kawasan muara jambi berada di Dermaga Bom Batu. kini kawasan tersebut telah berubah menjadi  Mall WTC Batanghari, dahulu di lokasi ini ada sebuah pasar tradisional kecil. orang menyebutnya  Pasar Tanah Pilih. Pasar ini lah yang menjadi cikal bakal Pasar Angso duo  walaupun letaknya tidak sama dengan yang sekarang berdiri. Tokoh masyarkat Jambi mengatakan pada zaman penjajahan Jepang pasar tersebut hancur. Akhirnya pasar pun pindah sekitar 500 meter ke arah tenggara, masyarakat Jambi menyebut lokasi pasar yang baru ini dengan sebutan Gang Siku.
Pasar yang baru tersebut di bangun sangat sederhana, hanya berupa deretan meja-meja dari batu. masyarakat jambi pada saat ini menyebutnya Pasar Meja Batu. Di pasar yang baru ini, tidak hanya terhampar ikan, daging dan sayur-mayur yang dijual di atas meja batu, melainkan juga sebagai tempat orang-orang duduk mengobrol, bersantai sambil minum kopi sembari menikmati pemandangan sungai batanghari. Pada masa itu barang-barang impor dari singapura sudah banyak masuk ke Jambi berupa pakaian, kasur dan perlengkapan rumah tangga. Semua barang di kirim dari Muara menuju sungai Batanghari menggunakan Kapal. Dilokasi Pasar Angso Duo yang kini berdiri, dulunya hanyalah tempat kapal bersandar dan menurunkan barang-barang dagangan, dari situ barang-barang di angkut para kuli menuju Pasar Meja batu. Dalam perkembangannya, Pasar Meja Batu semakin ramai oleh pedagang dengan berbagai jenis barang dagangannya, gang siku menjadi sesak sepanjang jalan itu becek dan  tidak nyaman lagi bagi para pembeli.
Pada tahun 1970, sedimentasi sungai kian parah. Pemerintah daerah pun melakukan pengerukan. Tanah dan pasir hasil pengerukan di gunakan untuk menimbun di sekitar sungai sehingga terbentuklah daratan baru. Pada daratan itulah pemerintah akhirnya memindahkan kembali pusat pasar tradisional dari Pasar Meja Batu. Pasar yang baru ini bernama Pasar Angso Duo resmi berdiri pada Tahun 1974, tepat di tepi sungai Batanghari. Pasar ini di bangun atas reklamasi sungai. Seiring dengan waktu Pasar Meja Batu berubah menjadi pertokoan dan disepanjang jalan penuh dengan pedagang kaki lima.
Pasar Angso Duo Tempo Dulu

Pasar Angso Duo Becek
Seperti pada umumnya pasar-pasar tradisional, keberadaan Pasar Angso Duo belakangan ini mulai menimbulkan masalah. Pasar menjadi sangat kumuh, bukan lagi becek tetapi banjir ketika musim penghujan tiba. Air limpahan dari sungai Batanghari kerap naik dan merendam ke bagian belakang Pasar. Akibatnya, pasar tidak lagi nyaman bagi para pembeli. Pedagang-pedagang yang menggelar lapak di belakang pasar mulai meninggalkan lapaknya, mereka pindah ke depan pasar dan mulai menggelar dagangannya di bagian luar, memakan sebagian badan jalan umum. Pada pagi hari, jalan raya menjadi macet karena aktivitas jual-beli memenuhi sebagian jalan ditambah lagi mobil-mobil angkutan kota kerap berkerumun menunggu calon penumpang di badan jalan. Akhirnya terciptalah kesan sembrautnya Pasar Angso Duo.
Kesembrautan Pasar Angso Duo saat ini

Kini setelah kurang lebih 35 tahun, muncul kembali wacana memindahkan Pasar Angso Duo ini ke tempat lain. Rencana lokasi baru yang dipilih hanya berjarak kurang lebih 100 meter lokasi yang lama. Lokasi ini juga berada di tepi sungai Batanghari, tetapi posisinya agak lebih tinggi daripada sungai itu. Rencana pemerintah kota Jambi akan menjadikan pasar ini menjadi pasar yang semimodern, Pasar ini tidak hanya akan menampung pedagang dalam kios dan lapak tetapi juga akan menyediakan  ruko dan ruang-ruang pameran, serta tempat parkir yang lebih luas. Sedangkan Eks Pasar Angso Duo nantinya akan dijadikan  ruang hijau atau taman kota, untuk memberi kenyamanan bagi masyarakat Jambi.

TUGAS PURBAKALA INDONESIA

Author: arkeologi unja /

NAMA : THEA NATHANIA

NIM : I1C114001

MK : PURBAKALA INDONESIA

TGL POSTING : 27 SEPTEMBER 2014

 

Sekilas Tentang Asal Usul Pasar Angso Duo

Pasar Angso Duo
Pasar Angso duo adalah pasar tradisional terbesar di provinsi Jambi. Di pasar ini terdapat aneka ragam barang dagangan mulai dari sayu-mayur, lauk-pauk, pakaian, perabot rumah tangga dan masih banyak lagi. Pasar tradisional ini telah menjadi sandaran hidup lebih dari 5.000 pedagang dan punya sejarah Panjang  sebagai pasar yang berpindah pindah dari satu tempat ke tempat lain (Nomaden).
Belakang Mall WTC Batanghari
Dahulu kala pada awal abad ke-18, kawasan muara jambi berada di Dermaga Bom Batu. kini kawasan tersebut telah berubah menjadi  Mall WTC Batanghari, dahulu di lokasi ini ada sebuah pasar tradisional kecil. orang menyebutnya  Pasar Tanah Pilih. Pasar ini lah yang menjadi cikal bakal Pasar Angso duo  walaupun letaknya tidak sama dengan yang sekarang berdiri. Tokoh masyarkat Jambi mengatakan pada zaman penjajahan Jepang pasar tersebut hancur. Akhirnya pasar pun pindah sekitar 500 meter ke arah tenggara, masyarakat Jambi menyebut lokasi pasar yang baru ini dengan sebutan Gang Siku.

Pasar yang baru tersebut di bangun sangat sederhana, hanya berupa deretan meja-meja dari batu. masyarakat jambi pada saat ini menyebutnya Pasar Meja Batu. Di pasar yang baru ini, tidak hanya terhampar ikan, daging dan sayur-mayur yang dijual di atas meja batu, melainkan juga sebagai tempat orang-orang duduk mengobrol, bersantai sambil minum kopi sembari menikmati pemandangan sungai batanghari. Pada masa itu barang-barang impor dari singapura sudah banyak masuk ke Jambi berupa pakaian, kasur dan perlengkapan rumah tangga. Semua barang di kirim dari Muara menuju sungai Batanghari menggunakan Kapal. Dilokasi Pasar Angso Duo yang kini berdiri, dulunya hanyalah tempat kapal bersandar dan menurunkan barang-barang dagangan, dari situ barang-barang di angkut para kuli menuju Pasar Meja batu. Dalam perkembangannya, Pasar Meja Batu semakin ramai oleh pedagang dengan berbagai jenis barang dagangannya, gang siku menjadi sesak sepanjang jalan itu becek dan  tidak nyaman lagi bagi para pembeli.

Pada tahun 1970, sedimentasi sungai kian parah. Pemerintah daerah pun melakukan pengerukan. Tanah dan pasir hasil pengerukan di gunakan untuk menimbun di sekitar sungai sehingga terbentuklah daratan baru. Pada daratan itulah pemerintah akhirnya memindahkan kembali pusat pasar tradisional dari Pasar Meja Batu. Pasar yang baru ini bernama Pasar Angso Duo resmi berdiri pada Tahun 1974, tepat di tepi sungai Batanghari. Pasar ini di bangun atas reklamasi sungai. Seiring dengan waktu Pasar Meja Batu berubah menjadi pertokoan dan disepanjang jalan penuh dengan pedagang kaki lima.
Pasar Angso Duo Tempo Dulu

Pasar Angso Duo Becek
Seperti pada umumnya pasar-pasar tradisional, keberadaan Pasar Angso Duo belakangan ini mulai menimbulkan masalah. Pasar menjadi sangat kumuh, bukan lagi becek tetapi banjir ketika musim penghujan tiba. Air limpahan dari sungai Batanghari kerap naik dan merendam ke bagian belakang Pasar. Akibatnya, pasar tidak lagi nyaman bagi para pembeli. Pedagang-pedagang yang menggelar lapak di belakang pasar mulai meninggalkan lapaknya, mereka pindah ke depan pasar dan mulai menggelar dagangannya di bagian luar, memakan sebagian badan jalan umum. Pada pagi hari, jalan raya menjadi macet karena aktivitas jual-beli memenuhi sebagian jalan ditambah lagi mobil-mobil angkutan kota kerap berkerumun menunggu calon penumpang di badan jalan. Akhirnya terciptalah kesan sembrautnya Pasar Angso Duo.
Kesembrautan Pasar Angso Duo saat ini

Kini setelah kurang lebih 35 tahun, muncul kembali wacana memindahkan Pasar Angso Duo ini ke tempat lain. Rencana lokasi baru yang dipilih hanya berjarak kurang lebih 100 meter lokasi yang lama. Lokasi ini juga berada di tepi sungai Batanghari, tetapi posisinya agak lebih tinggi daripada sungai itu. Rencana pemerintah kota Jambi akan menjadikan pasar ini menjadi pasar yang semimodern, Pasar ini tidak hanya akan menampung pedagang dalam kios dan lapak tetapi juga akan menyediakan  ruko dan ruang-ruang pameran, serta tempat parkir yang lebih luas. Sedangkan Eks Pasar Angso Duo nantinya akan dijadikan  ruang hijau atau taman kota, untuk memberi kenyamanan bagi masyarakat Jambi.

TUGAS PURBAKALA INDONESIA (SID)

Author: arkeologi unja /

                 


NAMA:SIDGI HAMDI 
NIM:I1C114027 
TANGGAL POS    :9/27/2014
SUMBER       :http://nasional.news.viva.co.id/news/read/437142-pesawat-catalina-ri-005--bukti-sejarah-perjuangan-rakyat-jambi

  Pesawat Catalina RI 005


Pesawat Catalina RI 005 Banyak bukti sejarah perjuangan rakyat Jambi dalam membela kemerdekaan Republik Indonesia. Salah satu yang masih bisa dilihat adalah pesawat Catalina RI 005.

Meski berbentuk replika, dengan melihat pesawat ini, kita bisa mengetahui bagaimana kerasnya para pejuang melawan penjajah.
  
Berdiri tegak di halaman Museum Perjuangan Rakyat Jambi, Catelina RI 005 mudah ditemui. Lokasinya tepat di sebelah selatan Masjid Agung Jambi atau Masjid Seribu Tiang.
  
"Catalina RI 005 merupakan salah satu tonggak sejarah perjuangan rakyat Jambi dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia pada 1948, saat Indonesia kembali dijajah oleh tentara Belanda yang dikenal dengan Agresi Militer Belanda II," urai Helmiyeti, Kasi Pengelolaan Data Koleksi Museum Perjuangan Rakyat Jambi kepada VIVAnews, Sabtu 17 Agustus 2013.

Ia menceritakan kedatangan Belanda ke Jambi telah diketahui Kepala TNI Sub Territorium Djambi (STD) Kolonel Abundjani. Lalu, Abundjani memiliki gagasan untuk menyerang pangkalan udara Belanda di Talang Sumut, Palembang. "Dengan adanya rencana ini maka timbul gagasan Kolonel Abunjani untuk memiliki pesawat. Kemudian hadirlah pesawat Catalina 005,"  kata Helmiyeti.

Catalina RI 005 semula merupakan pesawat milik RR Cobley, seorang mantan penerbang RAAF (Royal Australia Air Force) dalam Perang Dunia II. Para pejuang menyewa pesawat ini dari Cobley setelah mereka bertemu di Bangkok. "Pada kesempatan inilah Cobley menawarkan untuk menyewakan pesawat pribadinya kepada pemerintah RI guna membantu perjuangan kemerdekaan," dia menjelaskan.
Oleh pemerintah RI, nomor register pesawat itu langsung diganti menjadi RI 005. Untuk pertama kalinya Cobley mendaratkan pesawat amfibi ini di Danau Tulung Agung, Jawa Timur, pada tahun 1947. Pada 1948, Catalina 005 diterbangkan ke Sumatera dan mendarat menggunakan berbagai pangkalan air seperti di Sungai Batanghari.

Tugas yang diemban Catalina RI 005 antara lain adalah untuk menghubungkan komando militer dengan Komandemen Sumatera di Bukit Tinggi serta pemindahan perwira-perwira tinggi dan menengah dari Yogyakarta, termasuk pengiriman barang-barang untuk kebutuhan militer di Yogyakarta.
  
"Pesawat ini membawa makanan, pakaian, dan perlengkapan militer dan sipil. Selain itu juga sebagai penghubung antara Kota Jambi dan kota lainnya seperti Bukit Tinggi, Prapat, Banda Aceh, Tanjung Karang, Yogyakarta, serta Singapura," ujar Helmi.

Namun, rencana awal pesawat ini digunakan untuk menyerang pangkalan udara Belanda di Talang Sumut, Palembang, tidak terlaksana karena kerusakan mesin. Saat Belanda berhasil menduduki Jambi pada 29 Desember 1948, para pejuang berusaha memindahkan pesawat ini dari Sungai Batanghari menuju Singapura untuk mencegahnya jatuh ke tangan Belanda.

Dengan hanya mengandalkan satu mesin, Cobley beserta mekanik Jon Londa dan seorang penumpang, Prangko, menuju Singapura untuk menyelamatkan diri sekaligus melengkapi suku cadang mesin yang rusak.

"Pada saat itu, sekitar pukul 18.30 WIB, karena salah satu mesinnya rusak, pesawat jadi tidak seimbang dan menabrak kapal tongkang yang sengaja ditenggelamkan melintangi sungai sebagai upaya mencegah masuknya Belanda ke pedalaman Jambi. Akibatnya, sayap pesawat patah dan tenggelam ke sungai," dia mengisahkan.

Dalam kecalakaan ini pilot RR Cobley dan mekanik Jon Londa meinggal. Sedangkan Prangko yang juga Kepala Tata Usaha Markas Pertahanan Surabaya, selamat.

Walaupun hanya bertugas dua tahun, kehadiran Catalina RI 005 dalam sejarah perjuangan kemerdekaan di Jambi dipandang penting. 
Setelah Indonesia merdeka, pada tahun 1991 muncul gagasan untuk mencari reruntuhan pesawat Catalina RI 005 dari dasar Sungai Batanghari. Ide itu didukung Gubernur Jambi saat itu, Abdurrahman Sayuti.
  
Patahan badan pesawat, seperti sayap, mesin, dan lainnya ditemukan dari dasar sungai, dari kedalaman lumpur delapan meter. 

TUGAS PURBAKALA INDONESIA

Author: arkeologi unja /

NAMA : KURNIA SANDI
NIM : I1C114009
 MK : PURBAKALA INDONESIA 
TANGGAL POSTING : 26 SEPTEMBER 2014


Arca Prajnaparamitha 



http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjambi/2014/08/20/arca-prajnaparamitha/




   Tokoh arca wanita ini dianggap sebagai Dewi Kebijaksanaan dalam Agama Budha Tantrayana. Tangannya digambarkan dalam sikap dharmmacakramudra yang berarti ‘sedang memutar roda dharma’. Arca dewi duduk di atas lapik yang tertutup dengan kain panjangnya. Sikap kakinya padmasana yaitu kaki disilangkan sehingga telapak kaki kiri dan kanan terletak di atas kedua paha. Gaya seni arca mirip dengan arca Prajnaparamitha dari Candi Singhasari di Jawa Timur yang dianggap sebagai arca terindah sehingga arca ini kemungkinan berasal dari periode yang sama yaitu sekitar abad-13 Masehi. Arca Prajnaparamita ditemukan pada saat pemugaran Candi Gumpung yang dilaksanakan oleh Direktorat Perlindungan dan Pembinaan Sejarah dan Purbakala pada tahun 1978. Arca tersebut dibuat dari bahan batu andesit.

Sekarang Arca Prajnaparamitha ini disimpan dan dapat dilihat pengunjung yang datang ke Kawasan Percandian Muarajambi di gedung Pusat Informasi Kawasan Percandian Muarajambi.

Diberdayakan oleh Blogger.