Tugas Purbakala Indonesia oleh Indri Fazlina

Author: arkeologi unja /

Jam Gadang

Nama : Indri Fazlina
NIM : I1C114023


Sumber Foto :  http://en.indonesian-stuff.barlians.com/wp-content/uploads/2012/12/100_1900.jpg

Jam Gadang adalah menara jam yang berada di  kota bukittingi, sumatra barat. Menara jam ini memiliki jam besar di keempat sisinya. Digunakan sebagai pusat kota bukittinggi dan objek wisata setelah diperluasnya taman disekitarnya. Acara-acara yang sifatnya umum biasanya diselenggarakan di sekitar taman dekat menara jam ini.
  
Sejarah

Jam Gadang selesai dibangun pada tahun 1926 merupakan hadiah dari Ratu Belanda kepada Rook Maker, sekretaris atau controleur Fort de Kock (sekarang Kota Bukittinggi) pada masa pemerintahan Hindia-Belanda. Arsitektur menara jam ini adalah Yazid Rajo Mangkuto, dan peletakan batu pertamanya dilakukan oleh putra pertama Rook Maker yang pada saat itu berusia 6 tahun.
Pembangunan Jam Gadang menghabiskan biaya sekitar 3.000 Gulden, biaya yang tergolong mahal pada waktu itu. Sehingga sejak dibangun dan sejak diresmikannya, menara jam ini menjadi pusat perhatian setiap orang. Hal itu pula yang mengakibatkan Jam Gadang dijadikan sebagai titik pusat Kota Bukittinggi


sumber foto :  https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhDlM6FXnveW_MtWJ_Dx0q9agJf49F17_WO7KDT_of1EBZs8hhV34QmMoCtAuc-pLOjV-ypa4qlWe_UXJKabQrPwoBCY6WI6o7xUv_FVqkCjvh2xvihnJgxpfUyRoeJEPEw2-RlqO4UEYzy/s1600/jam-gadang-3-zaman.jpg

Sejak didirikan, menara jam ini telah mengalami tiga kali perubahan bentuk atapnya. Awal didirikan masa Hindia-belanda atap pada Jam Gadang berbentuk bulat dengan patung ayam jantan menghadap ke arah timur di atasnya. Kemudian pada masa penjajahan jepang diubah menjadi bentuk pagoda, Terakhir setelah Kemerdekaan Indonesia, atap pada Jam Gadang diubah menjadi bentuk gonjong atau atap pada rumah adat Minangkabau, sumatra barat dan pada tahun 2007 semat patah akibat gempa.

Renovasi terakhir yang dilakukan pada Jam Gadang adalah  tahun 2010 oleh Badan Pelestarian Pusaka Indonesia (BPPI) dengan dukungan pemerintah kota Bukittinggi dan Kedutaan Besar Belanda di jakarta. Renovasi tersebut diresmikan tanggal 22 Desember 2010 tepat pada ulang tahun kota Bukittinggi yang ke-262.

Struktur

Jam Gadang memiliki tinggi 26 meter, basement dasar seluas 13 x 4 meter. jam gadang yang berbentuk bulat memiliki diameter 80 cm yang didatangkan langsung dari Rotterdam, Belanda melalui pelabuhan teluk bayur  dan digerakkan secara mekanik oleh mesin yang hanya dibuat 2 unit di dunia, yaitu Jam Gadang itu sendiri dan kembarannya Big Ben di London, Inggris. Mesin jam dan permukaan jam terletak pada satu tingkat ke-2 dari atas. Pada bagian lonceng tertera pabrik pembuat jam yaitu Vortmann Relinghausen. Vortman adalah nama belakang pembuat jam, Benhard Vortmann, dan Recklinghausen adalah nama kota di Jepang yang merupakan tempat diproduksinya mesin jam pada tahun 1892.

Jam Gadang dibangun tidak menggunakan besi peyangga dan adukan semen. Tapi hanya Menggunakan kapur, putih telur, dan pasir putih.

Jam gadang memiliki keunikan yakni anka empat romawi pada jam itu bertuliskan IIII bukan IV yang sampai saat ini masih jadi misteri . Tangga untuk naik ke atas tempat mesin jam berada di lantai lima sanggat sempit disarankan untuk tidak berada dalam Jam Gadang saat bunyi lonceng tiba karena bunyinya cukup keras.

Pengunjung tidak selalu dapat masuk ke dalam Jam Gadang karena tidak terbuka untuk umum, jadi tidak ada tarifnya. dan untuk masuk lebih tergantung kondisi dan kebaikan hati dari petugas jaga.Untuk naik ke atas juga tidak dapat banyak orang mengingat kondisi jam ini pasca gempa dan  Jam Gadang yang dibangun hanya dari kapur, putih telur, dan pasir putih.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.